.

Saturday, March 11, 2017

Desain Rumah Kecil Tipe 42, di Semarang

Seorang kawan meminta bantuan kepada saya untuk mendesainkan rumahnya. Rumahnya berada di kawasan perumahan cluster di Ibu Kota Jawa Tengah. Karena berada dilingkungan perumahan dan pengerjaannya dari pihak developer, beberapa ketentuan perlu saya patuhi saat mendesain. misalnya tentang luasan, item pekerjaan (jumlah jendela pintu dll) serta tentunya tampilan bangunan yang selaras dengan tipe bangunan yang mereka pasarkan.

Rumah ini tipe 42, ada 2 kamar, dapur dan kamar mandi. Dalam desain, saya mencoba meringkas beberapa ruang, memasukkan area cuci ke dalam area kering kamar mandi. Serta memanfaatkan ketinggian langit-langit di area ruang keluarga sebagai pengembangan ruang kerja nantinya. Dapur kecil menyatu dengan ruang keluarga, ruang makan berupa meja kecil dibuat ringkas dan mudah dijangkau dari ruang keluarga yang luasannya kecil. Dari ruang keluarga saya coba menyisakan taman samping rumah, ini digunakan sebagai area memasukkan penghawaan dan pencahayaan alami kedalam rumah. Tambahan teras dekat taman samping, yang juga berfungsi sebagai bak penampungan air hujan, menambah kesan alami dan lega ke dalam ruangan.

Dari tampilan bangunan , agar tampak lebih alami saya coba pasangkan terakota tempel sebagai aksen tampak depan. Terakota tempel dan Warna putih menjadi paduan yang menurut saya cocok untuk sebuah rumah kecil. Saya sering kali menghindari warna-warna yang berlebih dalam mendesain rumah kecil, karena menimbulkan kesan terlalu ramai dan mencolok sehingga kurang enak dipandang. Penggunaan roster sebagai pembatas taman dalam dan ruang luar memungkinkan udara tetap masuk dan menambah estetika fasadenya.
Denah Rumah
Tampak Depan

Ruang Keluarga, Dapur dan Ruang Makan

Kamar Utama dan Kamar Mandi
Program Ruang . Harga Satuan/m2 tergantung spesifikasi dan harga di masing-masing wilayah


Wednesday, August 13, 2014

Rumah Pipih

"Kolaborasi Diba dan Apip memiliki konsep desain mengembangkan rumah kecil modular di lahan sempit 5x20 meter. Desain ini menjawab bagaimana pengembangan perencanaan sebuah rumah kecil yang tumbuh sesuai bertambahnya jumlah anggota keluarga. Desainnya juga menjelaskan rumah kecil yang ramah lingkungan serta produktif dalam konteks urban. berikut penjelasan desainnya."

PENGANTAR
Semakin bertumbuhnya permukiman dalam kota akan berdampak langsung dengan  penurunan kualitas lingkungannya. Seperti halnya krisis air bersih dikarenakan semakin mengecilnya area resapan air tanah dalam kota. Manajemen pengolahan sampah dan limbah dalam rumah yang belum tertata menyebabkan volume sampah kota semakin hari semakin menumpuk, karena sumber daya pengolahannya terbatas. Berdasarkan data EECCHI Sektor rumah tangga mengkonsumsi kira-kira 11% dari total energi di Indonesia. Wacana efisiensi energi, bisa dilakukan dari desain rumah yang merespon terhadap iklim seperti pencahayaan dan penghawaan alami.
Rumah ini bisa dijadikan Prototipe sebagai respon terhadap menurunnya kualitas lingkungan yang menjadi masalah permukiman urban. Rumah ini merupakan proyek rumah urban dirancang secara modular dengan prinsip mempertahankan daerah resapan air tanah, efisiensi energi serta membentuk identitas baru bahwa rumah Urban dilahan sempit bisa dimanfaatkan menjadi lahan produktif pangan keberlanjutan.

LAHAN
Lahan berukuran 5 x 20 meter diapit oleh dinding tetangga. Dengan lahan yang sempit, desain rumah mencoba mempertahankan area resapan air tanah dengan cara membuat struktur panggung sebagai respon terhadap kelembaban udara di sitenya yang bisa mencapai 75%. Desain juga menghindari dinding yang menempel pada bangunan tetangga tujuannya agar sirkulasi udara dan pencahayaan alami dapat masuk merata kedalam ruangan. Serta menghindari masalah fisik bangunan seperti rembes.
 


PANGGUNG
Konsep rumah panggung memungkinkan 80% lahan rumah dipergunakan untuk area resapan air. Hal ini memungkinkan tanah dapat menyimpan air dan air dapat terserap cepat sehingga genangan air tidak timbul. Dengan konsep rumah panggung juga membuat bangunan lebih bernafas sehingga dapat mengurangi kelembaban dari tanah yang masuk kedalam ruangan.


KONSERVASI AIR BERSIH
Penggunaan air bersih /air minum merupakan masalah yang makin parah karena kekurangan air bersih. Jika suatu kota harus mendatangkan air bersihnya dari pedalaman, maka kesuburan pedalaman tersebut akan menurun. Oleh karena itu, pengolahan air limbah merupakan tuntutan pokok bagi kota dan penggunaaan air hujan untuk kebutuhan membersihkan (MCK,siram,cuci kendaraan,lantai,dsb) serta untuk menyiram bunga,kebun, dan taman kota  adalah wajib pada masa depan.

MINIM LIMBAH DAN SAMPAH
Setelah terbangun, limbah rumah tangga di rumah ini tidak dibuang namun dimanfaatkan menjadi energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan gas di dapur dan sisa pengolahan menjadi kompos untuk kebun produktif. pada masa depan.



MUDAH DAN CEPAT MEMBANGUNNYA
Rumah ini menggunakan sistem modular menjadikan ukuran rumah merupakan angka genap atau kelipatan angka panjang material yang dipakai sehingga proses pengerjaan yang cepat dan akurat. Untuk baja 6 meter, sehingga dimensi modul bersih  240x300, agar dimensi tsb bisa masuk pada modul-modul bahan industri seperti grc, multiplek,dsb yang memiliki ukuran 120x240 sehingga dalam pembangunan rumah tidak perlu banyak memotong material.


BAGAIMANA TUMBUHNYA?
Upaya pembangunan jangka panjang untuk menjadi rumah tumbuh dilakukan secara horizantal dengan menambah massa baru  untuk meminimalkan bongkaran agar efisien. Rumah ini tumbuh mengikuti bertambahnya jumlah anggota keluarga penghuni. Dalam sepuluh tahun pertama rumah modular dibuat bertahap untuk keluarga utama generasi pertama. Penambahan massa yang modular untuk tahap sepuluh tahun kedua, ketika anak membutuhkan tempat tinggal setelah berkeluarga. Area privasi tetap terjaga dengan massa dan akses yang dibuat terpisah, namun tetap dalam satu atap.

Perspektif depan dan Mata Burung
Kebun di area atap rumah
Area Ruang Makan dan Keluarga
View Kamar Utama
View salah satu kamar anak
Rumah Pipih Ramah Lingkungan
*sebuah entry sayembara rumah urban indonesia| ARBBI 2013

Tuesday, March 25, 2014

Rumah Kecil Arka

Memiliki lahan yang menghadap barat biasanya kurang menguntungkan. Hal ini  dirasakan cukup berbeda yang oleh pasangan arsitek Dian Susilo dan Dyah Ayu. Ketika memutuskan untuk membeli sebuah rumah pada salah satu pengembang di Sukoharjo, mereka hanya mendapatkan 2 lahan yang tersisa yang menghadap Barat. Biasanya rumah yang menghadap barat akan menerima panas sinar matahari yang sangat tinggi pada pukul 13.00 hingga 16.00. Beruntung, karena lahan tersebut merupakan sisa yang belum terjual maka pengembang memperbolehkan Dian untuk merancang rumahnya sendiri, tentunya dengan luasan dan spesifikasi material yang disediakan pengembang.
 

Desain rumah kecil ini cukup berbeda dengan rumah standart tipe 36 yang di jual oleh pengembang. Dari tampilannya terlihat lebih bersih dan simpel tanpa assesoris tambahan seperti batu alam dan permainan list gypsum pada tampak mukanya. Dian cukup memahami apa yang jadi sebuah kelemahan rumah-rumah buatan pengembang, yaitu ventilasi. Agar aliran udara rumah lancar, Dian menambahkan satu deret kaca nako tepat dibawah plafon dan ring balk.  Selain melancarkan sirkulasi udara, jendela nako tersebut bisa mengeluarkan hawa panas akibat arah hadap rumah ke arah barat. Sebuah solusi yang cerdas.
 
 
Sedangkan untuk tampilan rumahnya, Dian tidak membuat desain ini menjadi lebih 'menor' ketimbang tampilan rumah-rumah tetangganya. Untuk tampilan sebuah rumah kecil, ada baiknya kita merancang tampilannya secara clean dan simple, tujuannya agar kesan fasade tidak berlebihan, dari segi biaya dan estetika. Untuk ruang dalam Dian membuatkan lemari built in sebagai penyeket antara 2 kamar, agar ruangan kesannya lebih kompak. Sedangkan untuk pemilihan warna ruang dalam, dipilih warna-warna yang netral namun hangat, disini dipilih warna putih tulang. Pemilihan warna pencahayaan ruangan pun dipilih warna putih kekuningan. Tujuannya masih sama, agar kesan simple rumahnya tetap terjaga dan terasa hangat. 


Rumah Kecil Arka 
Arsitek   : Dian Ariffianto Susilo
Lokasi    : Purbayan, Baki Kab Sukoharjo, Jawa Tengah
Tahun      :  2012
Foto dan Modelling : koleksi dari Dian Ariffianto Susilo

Sunday, March 2, 2014

Rumah Kecil dalam Gudang

Seorang kerabat dekat ingin didesainkan sebuah rumah tinggal dengan budget kurang dari Rp 60 Juta. Lahan yang dimilikinya cukup unik, yaitu sebuah sisa ruang belakang gudang penyimpanan logistiknya. Ruang tersebut merupakan bekas tungku roti yang sudah diurug, terdapat cerobong asap yang sudah tidak berfungsi lagi. 

Kebutuhan ruang yang perlu dicukupi adalah 1 kamar tidur utama dan 1 kamar tidur anak untuk 2 orang anak, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. 
Desain dibentuk hanya dengan menambahkan 3 ruang utama, selebihnya sedikit memperbaiki atap gudangnya untuk pencahayaan dan penghawaan.  Karena lahannya merupakan ruang tertutup, beberapa elemen sekat dibuat 'berlubang' untuk mengoptimalkan penghawaan dan pencahayaan alami ke dalam ruang-ruangnya. Pemilihan warna-warna pop memberi aksen menarik di setiap sudut ruang, sehingga mengurangi kesan kotor yang dibentuk oleh dinding eksiting sebelumnya.

Desain  : Yopie H
Lokasi  : Jl. Anggur V kel Jajar, Surakarta
Status   : Tahap Konsep (2010)

Wednesday, January 15, 2014

Rumah Kecil Portabel

Rumah Kecil Portabel adalah salah satu hasil pemikiran dari wokshop intern di studio akanoma, dimana setiap staff diminta menyumbangkan idenya untuk membuat sebuah rumah modular yang mampu memenuhi kebutuhan dan dapat dijangkau oleh masyarakat menengah kebawah di Indonesia. 
Rumah ini menggunakan sistem modular menjadikan ukuran rumah merupakan angka genap atau kelipatan angka panjang material yang dipakai sehingga proses pengerjaan yang cepat dan akurat. Untuk baja 6 meter, sehingga dimensi modul bersih  240x320, agar dimensi tsb bisa masuk pada modul-modul bahan industri seperti grc, multiplek,dsb yang memiliki ukuran 120x240 sehingga dalam pembangunan rumah tidak perlu banyak memotong material.

Lalu mengapa harus portabel dan modular?  Alasannya sebagai berikut :
1. Cepat dan Efisien
karena cara membangunnya hanya merakit dalam site, maka pengerjaannya lebih cepat dari pada rumah dengan menggunakan struktur konvensional

2. Hemat Upah Tukang
Untuk membangun rumah portabel, hanya cukup memerlukan 3 tukang saja, bahkan bisa dirakit oleh anggota keluarga tanpa harus memiliki keahlian tukang, sehingga bisa menghemat upah tukang.
 
3. Moveble
karena portabel, beberapa elemen bangunannya bisa dibongkar pasang, sehingga rumah bisa dipindah ketempat lain.hal ini memungkinkan rumah bisa dibangun dimana saja. tanpa harus membeli tanah, namun bisa juga menyewa lahan.
 
4. Minim Limbah
umah konvensional yang dibangun on site biasanya menimbulkan limbah pembangunan yang cukup banyak. Modul rumah portabel dibuat tidak harus dalam site, bahkan pekerjaan dalam site hanya sekedar merakit saja. hal ini bisa mengurangi limbah pembangunan serta mengurangi penggunaan air dan listrik yang berlebihan

Desain oleh : Yopie H
Status          : Akan dibangun di Desember 2014